Jumat, 17 April 2020

KAMMA DAN PUNARBHAVA

HUKUM KARMA DAN KELAHIRAN KEMBALI
  1. Cerita pertapa Sumedha
Kota Amaravatī yang makmur, hiduplah anak lelaki bernama Sumedha dari sebuah
keluarga brahmin yang kaya raya. 


Suatu hari, takkala Sumedha tengah duduk bersilang kaki dalam kesendirian,
sebuah pemikiran terbesit dalam benaknya:“Sungguh menyedihkan terlahir
dalam hidup ini karena tubuhku akan menjadi tua, sakit, dan mati.
Hanya dengan meninggalkan tubuh inilah aku akan terbebas dari derita akibat lahir,
tua, sakit, dan mati. Orangtua, kakek-nenek, dan leluhurku hanya bisa menimbun kekayaan itu,
namun tak sekeping emas pun dapat mereka bawa ketika mereka mati. Suatu hari,
aku pun menjadi tua, sakit, dan akhirnya mati.
Alangkah baiknya jika setelah melepaskan semua harta ini aku meninggalkan
hidup keduniawian, masuk ke hutan, dan menjadi pertapa.
Aku akan mencari jalan menuju Pembebasan dari belenggu kehidupan ini. ”


Ketika itu Sumedha ikut membuat jalan. Datanglah rombongan Buddha Dipankhara
dengan para Bhikkhu akan melewati jalan itu. Namun jalan masih belum selesai
dan terdapat lumpur. Kemudian ia mengorbankan diri untuk menjadi jembatan bagi Buddha.
Dengan kekuatan kebajikan dan tekad yang tinggi ia bertekad ingin menjadi Buddha. 
Buddha Dipankara meramalkan bahwa Sumedha beberapa kelahiran akan menjadi Buddha. 


Setelah tindakan dana besar-besaran tersebut, Sumedha melepaskan keduniawian
dan menuju kaki pegunungan, Sumedha melalui bukit dan lembah guna mencari tempat
yang sesuai untuk hidup dengan tenang. Di sana ia menemukan sebuah pertapaan
di tepi sungai di sekitar Gunung Dhammika. Setelah mengetahui bahwa
gubuk daun itu tiada pemiliknya, ia memutuskan untuk menggunakannya
sebagai tempat berdiam. Ia lalu membuang busana awamnya, menggunakan jubah serat,
dan menjadi pertapa.
Semenjak hari itu, ia mejalani hidup sebagai pertapa dengan tekun.
Ia menyadari adanya ketiga jenis pemikiran buruk, yaitu : 
  1. Pemikiran yang berdasar pada nafsu indrawī yang mengakibatkan pemuasan indra ;
  2. Pemikiran yang berdasar pada niat buruk yang mengakibatkan pembunuhan,
penghancuran, dan perusakan ;
3. Pemikiran yang berdasar pada kekejaman yang merugikan dan menganiaya mahkluk lain.
Mengetahui hal ini, sang petapa mencurahkan diri sepenuhnya melatih ketidakmelekatan
batin dan jasmani. Karenanya, keesokan harinya ia meninggalkan gubuk tersebut dan
berdiam di kaki pepohonan.
Sejak saat itu, ia hanya memakan buah-buahan yang jatuh dari pepohonan.
Ia berusaha keras bermeditasi tanpa henti hanya dalam tiga postur, yaitu:
duduk, berdiri, dan berjalan, tanpa berbaring sama sekali.
Alhasil, pada akhir hari ketujuh, ia mencapai kesadaran (jhāna) dan Kekuatan batin (Abhinnā).
Setelah kematianya Sumedha terlahir menjadi dewa bernama Dewa Setaketu.
Kemudian terlahir menjadi Pangeran Siddharta. Pangeran Siddharta menyempurnakan
kebajikannya dan menjadi Buddha Gotama. 


  1. Hukum karma (kamma)
  • Kamma (bahasa Pali) / Karma(bahasa Sansekerta) berarti perbuatan yang dilakukan
  • melalui pikiran, ucapan, badan jasmani yang baik dan tidak baik disertai dengan niat /
  • kehendak(cetana).
  • Suatu perbuatan baru dapat disebut kamma/karma bila perbuatan tersebut disertai
  • dengan niat/kehendak (cetana).
  • Dalam Kitab Anguttara Nikaya III, 415 Sang Buddha bersabda sebagai berikut :
    O’ para bhikkhu, kehendak untuk berbuat itulah yang aku namakan kamma.
  • Sesudah berkehendak seseorang kemudian melakukan perbuatan dengan pikiran,
  • ucapan dan badan jasmani”.
  • Karma tidak sama dengan nasib yang harus diterima begitu saja oleh manusia,
  • namun manusia memiliki kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri.
  • Perbuatan baik dan perbuatan tidak baik bersumber pada pikiran.
  • Pikiran baik bersumber pada Brahma vihara (empat sifat luhur/mulia),
  • terdiri dari Metta(cinta kasih), Karuna(belas kasihan), Mudita(perasaan simpati),
upekkha(batin seimbang).
  • Pikiran tidak baik bersumber pada Lobha(keserakahan), Dosa(kebencian/ kemarahan),
Moha(kebodohan), Irsia(irihati).
  • Dalam Kitab Samyutta Nikaya I,227 Sang Buddha menjelaskan sebab akibat dari karma
sebagaai berikut :
Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetik,
Pembuat kebaikan akan memetik kebaikan, pembuat kejahataan akan memetik
kejahatan pula. Oleh karena itu taburlah biji-biji benih dan engkau sendiri yang
akan merasakan buah daripadanya”.
  • Berdasarkan hal tersebut diatas,
manusia sesungguhnya bertanggung jawab atas kebahagiaan dan penderitaannya sendiri.
  1. Kelahiran berulang (punarbhava)
  • Kehidupan di alam berikutnya juga tidak kekal dan ia akan meninggal dan terlahir kembali,
begitulah hal ini terjadi berulang-ulang, inilah yang disebut dengan Punabbhava .
  • Seseorang mengalami kelahiran kembali yang berulang-ulang karena ia masih memiliki
kemelekatan.
  • Kelahiran kembali juga didorong oleh kekuatan karma yang dilandasi
avijja (kegelapan bathin).
  • Jumlah alam-alam kehidupan ada 31, yakni :
  • Alam-alam menyedihkan :
- Neraka
- Asura (raksasa)
- Peta (setan)
- Tiracchana (binatang)
  • Alam Manusia
  • Alam-alam menyenangkan :
- 6 alam dewa (surga)
  • Alam-alam hasil pencapaian meditasi :
- 16 alam Rupa Brahma
- 4 alam Arupa Brahma
  • Mahkluk tidak akan terlahir kembali jika mereka telah melepaskan avijja
(kegelapan bathin) dan menjadi Buddha. Maka tidak aka nada lagi penderitaan dan
kelahiran kembali.


  1. Kutipan: 
Ia yang banyak berbuat baik akan bahagia di kehidupan ini dan kehidupan mendatang (dhammapada 16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar