Jumat, 17 April 2020

TILAKKHANA (3 CORAK KEHIDUPAN)

TIGA CIRI KEHIDUPAN
  1. Inti cerita segenggam biji lada
Kisagotami yang tidak mau menerima kematian anaknya diberikan pelajaran dari Buddha untuk meminta biji lada dari keluarga yang belum pernah ada yang meninggal dunia. Akhirnya ia sadar bahwa manusia pasti akan meninggal. Entah ia kecil, remaja, dewasa, maupun tua. Itu hukum alam yang pasti akan terjadi. Kemudian Kisagotami menjadi murid Buddha yaitu bhiksuni dan akhirya mencapai kesucian.


Nilai Moral:
  • Kita harus mau menerima kenyataan walau itu menyakitkan ataupun menyedihkan.
  • Kematian adalah wajar bagi mahluk yang terlahir.
  • Dengan latihan Dhamma yang sungguh-sungguh akan menghasilkan pencapaian kesucian.


  1. Tiga ciri kehidupan
  1. Ketidakkekalan/selalu berubah (anicca)
Segala sesuatu yang tercipta akan mengalami perubahan. Dari yang bagus berubah menjadi jelek, dari yang indah menjadi kotor semua akan berubah. Perasaan juga akan berubah dari sedih, senang, marah, semua bisa berubah. Pikiran juga bisa kapan saja berubah.


  1. Ketidakpuasan/Penderitaan (dukkha)
Segala sesuatu yang berubah akan membuat seseorang menjadi tidak puas dan menimbulkan penderitaan. Penderitaan itu bisa timbul dari pikiran sendiri, dan penderitaan fisik.
Contoh penderitaan dari pikiran sendiri:
  • Ketika kita berharap nilai yang baik tetapi ternyata nilainya jelek. Maka akan timbul penderitaan.
  • Ketika kita berharap orang lain semua baik pada kita dan ternyata tidak. Makan akan menderita.
Contoh penderitaan dari tubuh fisik:
  • Dipukul orang
  • Jatuh 
  • Terluka 
  1. Tanpa inti (anatta)
Segala sesuatu yang tercipta adalah tidak kekal. Segala sesuatu tidak berdiri sendiri tanpa unsur lain. Contoh: manusia terdiri dari pikiran, tubuh fisik, perasaan; meja bisa digunakan karena ada kayu, tukang gergaji, tukang kayu, butuh alat dan bahan lain pendukung. Kemudian benda-benda tersebut tidak kekal dan bisa berubah kapanpun.


  • Jadi janganlah sombong membanggakan apa yang  kita punya. Semua akan berubah, tidak kekal, dan tidak terlalu mengharapkan sesuatu karena akan menimbulkan penderitaan. Hiduplah sepatutnya dengan selalu bersyukur, dan menjalankan Dhamma ajaran Buddha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar