(gambar hak cipta maaf sxlg maaf)
Ketika pangeran sedang
beristirahat di bawah pohon dalam waktu bermainnya bersama sahabat-sahabat-Nya
dan juga sepupunya, Pangeran Devadatta tiba-tiba melihat sekelompok angsa yang
terbang di langit dan ia segera memanahnya. Seekor angsa pun jatuh dari langit
terkena panah itu.
Melihat itu Pangeran
Devadatta segera mendekati angsa itu untuk menolong. Namun Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu.
Karena Pangeran Siddhattha berhasil terlebih dulu mengambil angsa itu dan
dengan lembut Ia menarik anak panah yang menusuk angsa tersebut serta
memberikan obat pada lukanya. Pangeran Devadatta marah dan ingin merebut angsa
yang telah ia panah itu. Pangeran
Siddhattha menolaknya. Akhirnya terjadilah perselisihan dan saling debat.
Akhirnya Pangeran
Siddhattha mengusulkan agar permasalahan ini dibawa ke mahkamah para bijak di
istana untuk memperoleh jawaban atas siapa yang berhak atas angsa tersebut.
Setelah diajukan ke
mahkamah para bijak, akhirnya salah satu dari para bijak tersebut berseru,
“Semua makhluk patut menjadi milik mereka yang menyelamatkan atau menjaga
hidup. Kehidupan tak pantas dimiliki oleh orang yang berusaha menghancurkannya.
Angsa yang terluka ini masih hidup dan diselamatkan oleh Pangeran Siddhattha.
Karenanya, angsa ini mesti dimiliki oleh penyelamatnya, yaitu Pangeran
Siddhattha!”
Nilai moral dari cerita tersebut:
1.
Sayangilah
semua mahkluk hidup
2.
Kembangkanlah
sifat kasih sayang (karuna) terhadap mahkluk yang menderita
3.
Selalu
berdoa “semoga semua mahkluk bebas dari penderitaan” (Brahmavihara Sutta, Anggutara Nikaya 10:208).
Manfaat
pengembangan kasih sayang (karuna) :
1.
Pikiran penuh dengan belas kasih maka akan selalu
dicintai dan dikasihi oleh siapa pun
2.
Setelah meninggal dunia akan bertumimbal lahir
sebagai orangkaya; banyak rejeki, dihormati, dan dicintai oleh setiap orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar